Tanaman buah dalam pot atau biasa disingkat dengan tabulampot merupakan
salah satu metode budidaya tanaman buah yang banyak diminati oleh penghobi
tanaman buah terutama yang memiliki lahan sempit. Budidaya tanaman buah dalam
pot (tabulampot) banyak disukai karena memiliki beberapa kelebihan / keuntungan
terutama bagi penghobi tanaman buah yang tinggal di daerah perkotaan,
diantaranya :
- Pemanfaatan lahan atau halaman sempit
- Mudah dipindah-pindah tanpa merusak tanaman
- Berfungsi sebagai tanaman hias
- Kebutuhan unsur hara mineral dan air dapat dipenuhi secara optimal
- Pemborosan pupuk dapat diminimalisasi karena pemberiannya sesuai dengan kebutuhan
- Mudah perawatannya terutama dalam penanggulangannya hama dan penyakit
- Menanggulangi kecenderungan punahnya beberapa jenis tanaman
- Mudah dalam pengaturan masa berbunga dan berbuah sehingga akan diperoleh kontinuitas produksi sepanjang tahun
Inti dari tabulampot adalah mengkondisikan tanaman buah yang sebenarnya
membutuhkan ruang tumbuh luas menjadi tanaman dengan ruang tumbuh sangat
terbatas. Budidaya tabulampot sebenarnya tidak susah, hanya perlu niat dan
sedikit meluangkan waktu. Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk budidaya
tabulampot antara lain :
1.
Memilih varietas tanaman
buah yang tepat
Hampir semua jenis tanaman buah bisa tumbuh dalam bentuk tabulampot. Tapi
tidak semua tabulampot bisa menghasilkan buah. Karena meskioun bisa tumbuh
subur, jenis-jenis tanaman tertentu belum bisa berbuah dalam lingkungan
tabulampot.
Terdapat beberapa jenis tanaman buah yang lazim dijadikan tabulampot.
Tingkat keberhasilan berbuahnya dikategorikan mudah, sulit dan belum berhasil.
Beberapa tanaman dengan kategori mudah berbuah diantaranya jeruk, belimbing,
sawo, mangga, jambu biji dan jambu air. Tanaman yang sulit berbuah antara lain
rambutan, lengkeng, manggis, duku dan jambu bol. Sedangkan tanaman alpukat dan durian masih
belum berhasil berbuah optimal dalam lingkungan tabulampot.
2.
Memilih bibit yang sehat
Tingkat keberhasilan tabulampot sangat ditentukan oleh
bibit tanaman. Oleh karena itu pilihlah bibit yang kita tahu persis
sifat-sifatnya. Bebas dari hama dan penyakit tanaman. Untuk memastikannya
biasanya bibit tersebut telah memiliki sertifikat dari komunitas atau lembaga
terpercaya.
Terdapat dua jenis bibit tanaman, yaitu bibit hasil
perbanyakan generatif (dari biji) dan bibit hasil perbanyakan vegetatif
(cangkok, okulasi dan penyambungan).
Untuk budidaya tabulampot
sebaiknya gunakan bibit hasil perbanyakan vegetatif. Kelebihan bibit hasil
vegetatif yaitu sifat tanamannya bisa dipastikan, karena sama dengan sifat
induknya. Sehingga keberhasilannya lebih mudah diprediksi. Selain itu, bibit
perbanyakan vegetatif lebih cepat berbuah. Kekurangan bibit jenis ini akarnya
kurang kuat sehingga tanaman mudah roboh atau mengalami kekeringan.
3.
Persiapan media tanam dan wadah
tanam
Media tanam tabulampot bermacam-macam, yang penting harus
bisa menyimpan air dan memasok nutrisi yang dibutuhkan tanaman. Media tanam
berfungsi sebagai tempat tumbuhnya akar dan untuk menopang postur tanaman.Media tanam yang sering digunakan para pehobi antara lain campuran tanah, kompos dan arang sekam dengan komposisi 1:1:1. Bisa juga campuran tanah, pupuk kambing dan sekam padi dengan komposisi 1:1:1. Untuk menekan biaya, gunakan bahan baku yang banyak ditemui di lingkungan sekitar.
Tanah dan material organik di
daerah tropis biasanya memiliki tingkat keasaman yang cukup tinggi. Bila bahan-bahan
media tanam tersebut terlalu asam campurkan kapur pertanian atau dolomit ke
dalamnya.
Setelah menyiapkan media
tanam, selanjutnya siapkan pot sebagai wadah. Jenis pot bisa terbuat dari tanah
liat, logam (drum), plastik, semen, kayu atau planterbag. Wadah tabulampot yang
baik harus memiliki kaki atau alas yang memisahkan dasar pot dengan tanah.
Hal ini penting untuk aliran drainase dan memudahkan pengawasan agar akar
tanaman tidak menembus tanah. Pot dari berbahan tanah liat dan kayu sangat baik
untuk tabulampot karena memiliki pori-pori sehingga kelembaban dan temperatur
media tanam lebih stabil. Namun kelemahannya bahan-bahan tersebut
tidak tahan lama.
4.
Cara penanaman
Berikut ini langkah-langkah untuk menanam bibit tanaman ke dalam wadah
tabulampot :
-
Siapkan bahan-bahan media
tanam, ayak dan buang kerikil-kerikil yang ada didalamnya. Campurkan
bahan-bahan itu hingga merata.
-
Siapkan pot dengan ukuran
yang disesuaikan dengan ukuran tanaman. Sebaiknya dimulai dari ukuran pot yang
kecil. Sehingga apabila tanaman semakin besar pot bisa diganti, sekaligus
sebagai penanda untuk meremajakan media tanam.
-
Letakkan pecahan genteng
pada dasar pot, satu lapis saja. Kemudian letakkan juga satu lapis ijuk atau
sabut kelapa.
-
Kemudian isi dengan media
tanam yang sudah disiapkan hingga setengah tinggi pot.
-
Untuk mengurangi penguapan,
pangkas sebagian daun atau batang bibit tanaman. Kemudian buka polybag bibit
tanaman, letakkan tepat ditengah-tengah pot. Timbun dengan media tanam hingga
pangkal batang.
-
Padatkan media tanam di
sekitar pangkal batang, pastikan tanaman sudah kuat tertopang. Siram dengan air
untuk mempertahankan kelembaban.
-
Simpan tabulampot di tempat
yang agak teduh untuk beradaptasi. Siram setiap pagi atau sore hari. Setelah
satu minggu, letakkan tabulampot di tempat terbuka.
Perawatan tabulampot yang harus dilakukan antara lain :
1. Penyiraman
Tabulampot
yang telah jadi harus di letakkan di tempat terbuka dan terkena cahaya matahari
sepenuhnya, minimal disinari matahari selama 8 jam sehari. Pada musim kemarau
penyiraman dilakukan setiap hari, bisa pagi atau sore hari. Pada musim hujan
penyiraman hanya dilakukan apabila media tanam terlihat kering. Penyiraman
menggunakan selang air atau gembor.
2. Pemangkasan
Setidaknya
terdapat tiga tujuan pemangkasan tabulampot yaitu pemangkasan bentuk,
pemangkasan produksi dan pemangkasan peremajaan. Pemangkasan bentuk dilakukan
untuk membentuk tajuk baru dan mengatur postur tanaman agar sinar matahari bisa
menembus semua bagian tanaman. Selain dua fungsi itu, pemangkasan bentuk juga
terkait dengan estetika.
Salah satu
teori umum dalam memangkas bentuk tabulampot adalah 1-3-9. Artinya, dalam
setiap 1 batang primer terdapat maksimum 3 batang sekunder dan dalam 1 batang
sekunder maksimum terdapat 3 batang tersier. Batang yang dipilih untuk
dibiarkan tumbuh adalah yang sehat dan kuat, sekaligus juga memiliki unsur
estetika pada tanaman.
Pemangkasan
produksi berkaitan dengan fungsi produksi tanaman. Pemangkasan dilakukan
terhadap tunas air untuk merangsang pembungaan. Selain itu, pemangkasan
dilakukan terhadap batang yang terlihat berpenyakit.
Terakhir
pemangkasan peremajaan, dilakukan terhadap tanaman yang telah tua. Pada
tabulampot yang sudah tua biasanya dilakukan penggantian media tanam dan pot (repotting).
Pada fase ini, beberapa cabang perlu dipangkas. Bahkan pada kasus-kasus
tertentu hanya menyisakan batang primer saja.
3.
Pemupukan
Media
tabulampot memiliki cadangan nutrisi yang terbatas. Oleh karena itu pemupukan
menjadi hal yang sangat vital. Pemupukan pertama dilakukan satu bulan setelah
tanam. Selanjutnya dilakukan setiap 3-4 bulan sekali.
Pupuk yang
digunakan sebaiknya pupuk organik. Jenisnya bisa kompos, pupuk kandang dan pupuk organik cair. Meskipun
kandungan haranya tidak seakurat pupuk kimia, pupuk organik memiliki unsur hara
yang lebih lengkap. Selain itu penambahan bahan-bahan organik akan merangsang
aktivitas biologi dalam media tanam.
Pupuk kimia
diperlukan pada saat-saat tertentu saja. Misalnya pada saat pembungaan dan
pembuahan dimana tanaman memerlukan unsur-unsur hara makro seperti P dan K
dalam jumlah banyak. Dan beberapa unsur mikro seperti Ca, Mn, Fe, dll. Dalam
pupuk kimia unsur-unsur tersebut bisa dipastikan takarannya.
4. Pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian
hama dan penyakit pada tabulampot sebaiknya dilakukan sejak dini, yakni sejak
memilih bibit. Bibit unggul biasanya memiliki ketahanan terhadap hama dan
penyakit tertentu. Belilah bibit dari sumber yang terpercaya dan memiliki
sertifikat bibit.
Pencegahan
serangan hama dan penyakit juga bisa dilakukan dengan menjaga kebersihan media
tanam dan kebun. Gulma dan semak belukar disekitar kebun bisa menjadi sumber
hama dan penyakit. Bila tabulampot sudah terlanjur terserang hama atau
penyakit, langkah pertama bisa diberantas secara manual. Misalnya dengan
memungut ulat yang menyerang atau memangkas dahan yang terkena penyakit.
Pada saat
tabulampot berbuah, lindungi buah dengan plastik atau jaring pelindung. Atau
juga bisa dengan memasang perangkap hama, seperti penggunaan hormon feromon
untuk memerangkap lalat buah.
Penyemprotan
tabulampot dengan pestisida menjadi dilema. Biasanya tabulampot ditanam di
pekarangan yang dekat dengan pemukiman. Pestisida kimia tentunya akan sangat
berbahaya dan mencemari lingkungan sekitar. Oleh karena itu, gunakan selalu
pestisida organik. Silahkan baca tentang pestisida organik.
Apabila
sangat terpaksa, penyemprotan dengan pestisida kimia bisa dilakukan. Lakukan
dengan hati-hati, baca aturan dan dosis pakainya secara seksama. Penyemprotan
hendaknya dilakukan secara terbatas.
5. Pergantian media dan pot
Tabulampot
yang telah mencapai ukuran tertentu perlu dipindahkan. Ruang tabulampot harus
cukup untuk menopang ruang gerak tanaman. Pemindahan dilakukan sekaligus
dengan pergantian media tanam. Pergantian media tanam dalam tabulampot tidak
hanya berfungsi memindahkan tanaman pada pot yang lebih besar saja. Perlu juga
dilakukan pemangkasan peremajaan. Misalnya, pemangkasan akar tanaman. Akar
tanaman yang terus tumbuh akan membuat media tanam menjadi padat. Akar yang
panjangnya lebih dari 25 cm harus dipangkas. Kepadatan akar juga harus dikurangi.
Bersamaan dengan pemangkasan akar, daun dan batang juga dipangkas untuk
mengurangi penguapan.
6.
Pembungaan/Pembuahan
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk merangsang pembungaan, seperti pemupukan, stress air, pelukaan dan pemberian zat pengatur tumbuh. cara-cara yang paling praktis adalah pemupukan . Perlakuan pemupukan dilakukan dengan cara :
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk merangsang pembungaan, seperti pemupukan, stress air, pelukaan dan pemberian zat pengatur tumbuh. cara-cara yang paling praktis adalah pemupukan . Perlakuan pemupukan dilakukan dengan cara :
1. Sebelum dilakukan perlakuan, minimal
1 bulan sebelumnya tanaman telah diberi asupan yang cukup berupa pupuk organik.
Pupuk organik yang diberikan bisa berupa pupuk organik murni seperti pupuk
kandang atau kompos, bisa juga pupuk organik buatan yang tersedia dipasaran.
2. Pastikan tanaman telah cukup umur
dan tanaman benar-benar dalam keadaan sehat yang ditandai dengan pencabagan
merata, warna daun hijau tua mengkilat dan tidak sedang terserang hama atau
penyakit.
3. Pastikan juga tanaman tidak sedang
berpucuk/berdaun muda.
Setelah syarat-syarat 1 sampai 3
dipenuhi, perlakuan pemupukan untuk merangsang pembungaan dapat dilakukan
dengan cara :
·
Berikan
pupuk (unsur hara mineral makro) dengan kandungan Fosfor dan Kalium yang
tinggi.
·
Jika pupuk
yang digunakan tidak mengandung unsur mineral mikro, tambahkan unsur hara
mineral mikro seperti Ca, Mg, Zn, dan lain-lain sebagai pelengkap.
·
Jika tanaman
sudah mengeluarkan bunga, berikan pupuk dengan kandungan K yang lebih tinggi.
·
Sampai buah
matang, ulangi pemberian pupuk berkandungan K yang cukup. Dengan demikian akan
diperoleh buah yang lebih besar dan manis.
Demikian sedikit info tentang metode
tabulampot. Semoga bisa menambah pengetahuan kita tentang beberapa metode yang
bisa diterapkan untuk memanfaatkan pekarangan ruamh seoptimal mungkin.
Disusun Oleh : Zuni Fitriyantini, S.TP.
Penyuluh pertanian di BP3K TERSONO KAB. BATANG
(dari
berbagai sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar