Jumat, 17 Januari 2014

MOL, KOKI UNTUK TANAMAN



MOL, KOKI UNTUK TANAMAN
Revolusi hijau yang telah dilakukan manusia secara mendunia di bidang pertanian telah mampu meningkatkan produksi pangan hingga berkali – kali lipat dari sebelumnya. Lahan yang tadinya hanya bisa ditanami 1 – 2 x per tahun mampu dioptimalkan hingga bisa 3 atau bahkan 4 x panen dalam satu tahun. Hal tersebut telah menyihir mata dunia, seakan penggunaan pupuk, pestisida, dan herbisida kimia merupakan sebuah keniscayaan untuk produksi pangan yang melimpah.
Seiring dengan berjalannya waktu, penggunaan bahan kimia di bidang pertanian telah mulai menunjukkan dampak negatif bagi kehidupan manusia, terutama pada kesuburan tanah. Penggunaan pupuk kimia untuk lahan pertanian setiap tahunnya mengalami peningkatan secara signifikan, sedangkan hasil panen menunjukkan tren menurun. Ini menggelitik para ahli dibidang pertanian untuk menyelidiki apa yang terjadi.
Berbagai penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa lahan pertanian telah mengalami penurunan kesuburan. Tekstur tanah mengeras dan tidak bisa menahan air. Setelah diteliti dengan cermat, ternyata sifat fisik, kimia dan biologi tanah telah berubah drastis. Untuk memperbaikinya, mereka kembali menengok ke belakang sebelum revolusi hijau diluncurkan. Disanalah para ahli menemukan sosok penting dalam menjaga kesuburan tanah, yaitu mikro organisme yang ada di dalam tanah.
Pendalaman tentang mikro organisme tanah telah memunculkan teknologi pembuatan mikro organisme lokal yang sebenarnya dasar pengetahuannya telah ada sejak zaman dahulu kala. Istilah MOL masih asing bagi sebagian masyarakat. Mereka lebih mengenal pismol ataupun cimol. Hanya kalangan pecinta tanaman dan praktisi di bidang pertanian organik saja yang mengenalnya. Apakah Mol itu? Mengapa perlu untuk diketahui? Mari kita bahas bersama.
MOL adalah singkatan dari Mikro Organisme Lokal. Disebut sebagai Mikro Organisme Lokal karena memang apa yang berkembang di dalamnya merupakan mikroorganisme yang berada di sekitar, bukan impor dari daerah lain. MOL dikembangkan untuk keperluan pembuatan pupuk organik, baik padat maupun cair.
Pada dasarnya MOL digunakan untuk mempercepat proses pelapukan bahan organik yang terjadi di alam. Jadi, fungsi utama MOL adalah sebagai dekomposer. Namun, karena bahan yang didekomposisi oleh MOL mengandung zat atau unsur hara tertentu yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman maka MOL juga dapat berfungsi sebagai pupuk organik, zat perangsang tumbuh, aktivator, maupun inhibitor, tergantung bahan dasar pembuatannya. MOL mengolah bahan organik yang ada sehingga dapat dengan mudah dimanfaatkan oleh tanaman untuk pertumbuhan dan perkembanganya.
Secara garis besar bahan pembuat MOL terbagi menjadi tiga, yaitu :
  1. Karbohidrat.
Bahan ini dibutuhkan bakteri/mikroorganisme sebagai sumber energi. Untuk menyediakan karbohidrat bagi mikroorganisme bisa diperoleh dari air cucian beras, nasi bekas/ nasi basi, singkong, kentang, gandum, dedak/ bekatul dll.
  1. Glukosa.
Bahan ini juga sebagai sumber energi bagi mikroorganisme yang bersifat spontan (lebih mudah dimakan mereka). Jadi glukosa yang pertama kali dimakan oleh mikroorganisme, sedangkan karbohidrat merupakan cadangan makanannya. Glukosa bisa didapat dari gula pasir, gula merah, molases, air gula, air kelapa, air nira dll
  1. Sumber Bakteri (mikroorganisme lokal). Bahan yang mengandung banyak mikroorganisme yang bermanfaat bagi tanaman antara lain buah-buahan busuk, sayur-sayuran busuk, keong mas, nasi, rebung bambu, bonggol pisang, urine ternak, pucuk daun labu, tapai singkong dan buah maja. Biasaya dalam MOL tidak hanya mengandung 1 jenis mikroorganisme tetapi beberapa mikroorganisme diantaranya Rhizobium sp, Azospirillium sp, Azotobacter sp, Pseudomonas sp, Bacillus sp dan bakteri pelarut phospat. Bahan inilah yang paling mempengaruhi fungsi MOL bagi pertumbuhan tanaman.

Ketiga bahan tersebut diproses menggunakan fermentasi sederhana untuk menghasilkan MOL. Proses fermentasi sederhana yang perlu dilakukan yaitu dengan mencampur semua bahan tersebut ke dalam wadah yang sudah diberi air dengan perbandingan tertentu, lalu menutupnya dengan rapat. Di bagian tutup ditambahkan selang plastik yang ujungnya diletakkan dalam wadah berisi air. Fungsi selang plastik tersebut adalah untuk mengeluarkan gas yang dihasilkan selama proses fermentasi berjalan, sedangkan air dalam wadah di ujung selang menjaga agar tidak ada kontaminan dari luar yang masuk. Proses fermentasi berlangsung sekitar 1-3 minggu. MOL dikatakan jadi bila larutan mengeluarkan bau alkohol yang tajam. Jika kebalikannya, berbau busuk seperti bau got atau bau bangkai berarti harus di ulang karena tidak jadi. Kegagalan biasanya terjadi karena penutupan kurang rapat.

Penggunaan MOL dapat mengemat biaya budidaya tanaman. Dengan bahan yang ada di sekitar yang biasanya dianggap sebagai limbah atau sampah yang tak bernilai guna, melalui pengolahan sederhana dapat menjadi bahan yang mampu memacu pertumbuhan tanaman, mengoptimalkan penyerapan unsur hara dan meningkatkan hasil panen.
 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgcaEf7xdtKoJ5uTKdbZ4EVj4tVFeuCPpzck9VyU2Ge3KOidFvRka7kDmybEsBgnT8qfvEpqYRgfkZlhIo1XpP6uHzR-hTASIlOZ8__WwhyEBTJmvZH0rNJ09AIy2S3TfXiriVvN0JuNR8/s320/mol+bonggol+kecil.jpg

Berikut disajikan beberapa bahan yang telah diolah menjadi MOL beserta kandungan dan manfaatnya untuk tanaman.
1.      MOL rebung bambu
Kandungan  :    C organik, giberellin tinggi, karbohidrat, Azotobacter, dan Azospirillum.
Manfaat        :    untuk pertumbuhan vegetatif tanaman/pertumbuhan awal tanaman.
                    
2.      MOL bonggol pisang
Kandungan  :    giberellin, sitokinin, Azospirillum, Azotobacter, Bacillus, Aeromonas, Aspergillus, mikroba pelarut fosfat dan mikroba selulotik.
Manfaat        :    sebagai dekomposer dan penyubur tanah.

3.      MOL batang pisang
Kandungan  :    unsur P.
Manfaat        :    menambah nutrisi.

4.      MOL daun gamal
Kandungan  :    unsur N tinggi.
Manfaat        :    untuk pertumbuhan daun, fungisida, dan akarisida.

5.      MOL buah – buahan
Kandungan  :    bahan inhibitor.
Manfaat        :    penghambat tunas/anakan, memperpanjang umur simpan buah.

6.      MOL sayur
Kandungan  :    sitokinin, karbohidrat, Pseudomonas, Aspergillus sp, dan Lactobacillus sp.
Manfaat        :    dekomposer bahan organik.

7.      MOL bunga
Kandungan  :    zat inhibitor.
Manfaat        :    menghambat fase vegetatif tanaman, merangsang pembungaan.

8.      MOL urine
Kandungan  :    Azotobacter, Sacharomyces, Azospirillum, mikroba pelarut fosfat, mikroba selulotik, Bacillus, Rhizobium, Pseudomonas, Aspergillus niger, verticillium.
Manfaat        :    kaya unsur N.

9.      MOL nasi
Kandungan  :    Azotobacter.
Manfaat        :    dekomposer bahan organik.

10.  MOL tape
Kandungan  :    karbohidrat dan enzim.
Manfaat        :    untuk pertumbuhan dan dekomposisi di dalam tanah.

11.  MOL buah maja
Kandungan  :    Rhizoctonia, Bacillus sp, Sacharomyces sp, Azospirillum sp,  dan Azotobacter sp.
Manfaat        :    fungisida dan insektisida.
Selain sebagai sumber bakteri, buah maja juga dapat menggantikan gula dan air kelapa sebagai sumber glukosa.

12.  MOL Keong mas
Kandungan  :    protein, Azotobacter,  Azospirillum, mikroba pelarut fosfat, Staphylococcus, dan Pseudomonas.
Manfaat        :    untuk mendegradasi selulosa.


Demikian informasi pembuka tentang MOL. Semoga dengan mempelajarinya dapat menyadarkan kita bahwa Allah SWT telah melengkapi segala ciptaanNYA dengan sedemikian rupa sehingga tidak ada hal yang sia – sia di alam ini. Semua saling mendukung dan melengkapi. Apa yang dianggap tidak bermanfaat bagi kita belum tentu seperti itu. Mungkin hanya karena pengetahuan kita yang masih sangat terbatas.

Disusun Oleh : Zuni Fitriyantini, S.TP.
Penyuluh pertanian di BP3K TERSONO KAB. BATANG
(Sumber : Mikroba, Juru Masak Tanaman, Redaksi Trubus, 2012;sumber gambar : dari berbagai sumber)